Wednesday, April 22, 2020

Self Reminder


BAHAGIA DENGAN CARAKU SENDIRI

Jika dipikir-pikir, apa sih tujuan hidup kita di dunia ini? Selama berziarah di dunia ini kita telah dilekatkan oleh tanggungjawab masing-masing untuk mencapai sebuah tujuan. Saya berpandangan bahwa tujuan hidup manusia di dunia ini tidak lain dan tidak bukan adalah untuk mencari dan menggapai suatu kebahagiaan. Tentunya dengan takaran porsi kebahagiaan yang berbeda-beda dari tiap-tiap personal yang mengalami dan merasakannya. Namun, banyak fenomena yang saya temui akhir-akhir ini khususnya pada orang-orang di sekeliling saya yang saya ajak berinteraksi maupun hanya sekedar berpapasan sangat jelas menandakan bahwa mereka terlihat kurang bahagia. Dari cara berbicara, gaya dan ekspresi sangat jelas menandakan bahwa mereka sedang tidak dalam keadaan bahagia. Apa penyebabnya? ya saya tidak tahu karena saya tidak sempat menanyakan untuk masuk lebih dalam kepada kehidupan mereka. Saya hanya akan mencoba mengulas sendiri apa yang kira-kira menjadi alasannya. Dari contoh tersebut saya akan mencoba membahas mengapa dari antara kita ada saja yang merasa tidak atau kurang bahagia dan ada pula orang yang senantiasa merasa bahagia meskipun sering kali ditimpa musibah atau bahkan selalu dikucilkan di lingkungan tempat tinggalnya. Apa resepnya sehingga mereka senantiasa bahagia dalam kondisi itu. Hanya sekedar info dan tidak bermaksud untuk menggurui karena tulisan ini masih jauh dari kata sempurna bahwasannya ialah bahagia itu sebenarnya dapat dilakukan oleh diri sendiri dengan hal-hal sederhana yang tidak perlu membuang banyak tenaga dan materi serta apapun itu yang akan menjamin kebahagiaan kita. Kalimat barusan mungkin terlihat simpel dan sederhana, namun nyatanya di kehidupan sehari-hari terkadang kita acuh tak acuh serta tidak peduli lagi dengan hal-hal tersebut.
            Sebelum melangkah lebih jauh, pertama-tama yang perlu kita ketahui apa sih sebenarnya kebahagiaan itu dan bagaimana cara kerjanya sehingga menimbulkan reaksi yang kita sebut bahagia ?. Saya berangkat dari penjelasan oleh para ahli. Kebahagiaan menurut Aristoteles (dalam Adler, 2003) menyatakan bahwa happiness atau kebahagiaan berasal dari kata happy atau bahagia yang berarti feeling good, having fun, having a good time, atau sesuatu yang membuat pengalaman yang menyenangkan. Sedangkan orang yang bahagia menurut Aristoteles (dalam Rusydi, 2007) adalah orang yang mempunyai good birth, good health, good look, goodluck, good reputation, good friends, good money and goodness. Kebahagiaan merupakan sebongkahan perasaan yang dapat dirasakan berupa perasaan senang, tentram, dan memiliki kedamaian (Rusydi, 2007). Sedangkan happiness atau kebahagiaan menurut Biswas, Diener & Dean (2007) merupakan kualitas dari keseluruhan hidup manusia - apa yang membuat kehidupan menjadi baik secara keseluruhan seperti kesehatan yang lebih baik, kreativitas yang tinggi ataupun pendapatan yang lebih tinggi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kebahagiaan adalah suatu keadaan pikiran atau perasaan yang ditandai dengan kecukupan hingga kesenangan, cinta, kepuasan, kenikmatan, atau kegembiraan yang intens.
            Berbagai pendekatan filsafat, agama, psikologi, dan biologi telah dilakukan untuk mendefinisikan kebahagiaan dan menentukan sumbernya. Arti kata “bahagia” berbeda dengan kata “senang” . Secara filsafat kata “bahagia” dapat diartikan dengan kenyamanan dan kenikmatan spiritual dengan sempurna dan rasa kepuasan, serta tidak adanya cacat dalam pikiran sehingga merasa tenang serta damai. Kebahagiaan bersifat abstrak dan tidak dapat disentuh atau diraba. Kebahagiaan erat berhubungan dengan kejiwaan dari yang bersangkutan (dalam Kosasih, 2002). Para filsuf dan pemikir agama telah sering mendefinisikan kebahagiaan dalam kaitan dengan kehidupan yang baik dan tidak hanya sekadar sebagai suatu emosi.
            Terlepas dari pendapat para ahli di atas, kebahagiaan dapat pula dijelaskan secara ilmiah. Adalah hormon serotonin atau dikenal sebagai hormon kebahagiaan yaitu hormon dalam otak yang menstimulasi perasaan tenang dan bahagia. Hormon tersebut didapatkan dari konsumsi makanan dan aktivitas tertentu. Jadi, artinya bahwa kita harus memperhatikan makanan apa yang akan kita konsumsi. Setiap orang tentunya dan pasti mempunyai ciri khas tersendiri dalam merekam cita rasa makanan yang ia sukai yang nantinya setelah ia mengonsumsi makanan tersebut akan memberikan kepuasaan tersendiri baginya sehingga membuatnya bahagia. Juga pola hidup yang sehat dan teratur tentunya tidak boleh terlepas dalam hal ini. Menurut penelitian dari Universitas Kansas, tersenyum dapat menurunkan tingkat stres, menenangkan detak jantung dan membuat kita bahagia. Meski dilakukan secara pura-pura, hasilnya pun sama ketika kita tersenyum natural. Maka, sekalipun kondisimu saat ini sedang “hancur berantakan” sempatkanlah tersenyum dan rasakan sendiri reaksinya setelah kita tersenyum. Adalah juga melakukan kegiatan fisik seperti ber-olahraga untuk kesehatan jiwa dan raga juga dapat memicu endorfin yang membuat suasana hati kita lebih nyaman. Bahkan olahraga fisik tertentu juga punya efek yang sama dengan anti-depresan.
            Karena kebahagiaan adalah tujuan hidup kita, maka kebahagiaan pun tidak mengenal usia. Kebahagiaan adalah sesuatu yang abadi. Mengapa saya katakan demikian, contoh simpel nya hari ini kita merasa bahagia tapi bisa jadi besok kita tidak merasa bahagia. Di hari selanjutnya kebahagiaan itu pasti datang lagi kepada kita. Bukan berarti dengan hilangnya kebahagiaan itu menandakan bahwa selama kita hidup kita hanya merasakan satu  kebahagiaan saja, bukan? Pasti di hari-hari selanjutnya kebahagiaan itu datang lagi pada kita. Bahkan jika kita kita telah berpaling dari dunia kita percaya bahwa kita akan mendapat kebahagiaan kekal di alam baka. Pada intinya selama kita hidup, kebahagiaan senantiasa menghampiri hidup kita.
Hasil survei pada tahun 2017 silam yang dilakukan oleh World Happiness Report menyebutkan bahwa Norwegia adalah sebagai negara yang penduduknya paling bahagia. Berarti ada pula negara yang penduduknya kurang bahagia dan apa yang menjadi penyebabnya. Bisa jadi tingkat kriminalitas yang tinggi, kualitas udara yang buruk yang disebabkan oleh hasil pembakaran bahan bakar minyak baik di pabrik-pabrik maupun pada kendaraan, atau bisa jadi ekonomi yang merosot yang berimbas pada meningkatnya jumlah pengangguran. Tapi, itu semua hanya contoh saja dan kita tidak akan membahas ke arah sana. Hasil survei yang dilakukan di 160 negara juga telah menemukan pada usia berapa orang paling kurang bahagia dalam hidupnya. Yang mana menurut survei tersebut ini mencari hubungan antara kondisi kebahagiaan, kesehatan, dan usia di dunia. Hasilnya ditemukan bahwa di negara-negara maju berbahasa Inggris, seperti Amerika Serikat, Kanada, Inggris, dan Australia, penurunan kebahagiaan hidup penduduknya terjadi pada usia antara 45 dan 54 tahun. Tingkat kebahagiaan itu naik lagi setelah usia 54 tahun. Mengapa banyak orang merasa kurang bahagia di usia paruh baya? Profesor Angus Deaton, salah satu peneliti, menduga bahwa penurunan tersebut terjadi karena itu adalah usia di mana seseorang mengalami lebih banyak stres, kecemasan, dan kemarahan, baik karena pekerjaan ataupun kehidupan sosialnya.
Namun melihat dari beberapa situasi lain berikut seperti kurangnya rasa bersyukur dan terlalu banyak mengeluh terhadap setiap kondisi maupun situasi. Membanding-bandingkan diri dengan orang lain seolah-olah kita jauh tertinggal dari mereka. Mengabaikan potensi yang ada dalam diri sendiri. Tidak percaya diri. Tidak mampu memaafkan diri sendiri dan kesalahan orang lain sehingga menimbulkan dendam yang berakibat pada amarah dan pelampiasan. Selalu berpikir negatif dan terlampau pesimis dalam menilai dan memandang segala hal yang berakibat kurangnya menyerap sukacita untuk diri sendiri. Tidak mencintai diri sendiri dan sesama. Ini semua adalah hal-hal yang memperlambat pikiran dan perasaan kita untuk menerima dan merasakan kebahagiaan itu. Kebanyakan orang, bahagia itu selalu datang dari pasangan ataupun dari orang yang kita cintai. Sehingga jika kita tiba-tiba mengalami hubungan yang buruk terhadap orang-orang tersebut otomatis kita merasa kebahagiaan kita pun ikut sirna karena bergantung pada orang-orang tersebut.
Lantas, apa yang dapat kita lakukan untuk dapat merasakan bahagia itu dengan cara kita sendiri ?. Saya mencoba berbagi mengenai beberapa hal yang sangat berpengaruh terhadap kebahagiaan itu sendiri. Lagi-lagi, bukannya bermaksud untuk menggurui saya hanya ingin berbagi informasi, jika saya keliru terhadap informasi yang saya berikan tolong koreksi saya dan ini hanya sebagian kecil saja dan sebenarnya masih ada banyak hal lagi dari versi yang lain, namun ini yang saya rasa mungkin paling muda dan sederhana untuk kita lakukan dengan cara sendiri dalam menggapai kebahgiaan itu, yakni pertama, bersyukur (gratitude). Karena dengan bersyukur berarti kita telah menerima semuanya atas apa yang terjadi pada kita dengan ikhlas dan damai, bersyukur atas potensi, bakat, pekerjaan, atau apapun yang kita miliki. Bahkan di saat malang, di saat sedang sakit maupun saat sedang berduka kita harus tetap bersyukur karena itu semua merupakan hal yang wajib hukumnya terjadi pada setiap manusia. Tidak ada manusia yang dapat terhindar dari yang namanya  sial, penyakit dan duka. Ke-dua, memaafkan (forgiveness). Memaafkan perlu kita lakukan agar tidak ada lagi dendam yang tersimpan dalam batin kita, tidak ada lagi amarah yang akan kita balas kelak, dan biarkan semua permasalahan yang menghampiri kita itu mengalir dengan sendirinya sehingga dengan demikian terpancarlah suatu ketenangan batin. Ke-tiga, optimis (optimism). Optimis sangat penting karena dengan memandang segala sesuatu dengan sikap optimis otomatis akan memberi kita banyak harapan dan kemungkinan-kemungkinan terbaik yang dapat kita lakukan dan yang akan terjadi pada diri kita. Namun, saya mengingatkan juga janganlah terlalu banyak berharap pada manusia. Manusia bukan makhluk yang sempurna. Manusia kadang membawa dukacita kadang pula membawa sukacita. Bahkan orang-orang terdekat kita-lah yang malah meberikan luka yang paling membekas dan kita tidak bisa melupakannya seumur hidup kita. Jangan terlalu berharap pada manusia. Melangkahlah saja di atas kaki sendiri dan lakukanlah segala yang terbaik yang kita bisa, hasilnya akan kita rasakan sendiri. Ke-empat, sukacita (joy) dan yang terakhir adalah kasih atau cinta (love). Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa cinta memiliki peranan yang besar sebagai salah satu syarat yang mutlak demi terwujudnya kebahagiaan. Satu yang penting, cintailah sesamu seperti kau mencintai dirimu sendiri. Cintailah dirimu sendiri sebagaimana engkau mencintai Penciptamu. Dirimu adalah rupa daripada Penciptamu. Tak perlu bergantung pada orang lain untuk bahagia. Gapailah bahagiamu dengan caramu sendiri.
Ada satu hal yang juga sebenarnya sangat penting dan berpengaruh terhadap kebahagiaan. Saya hanya ingin berbagi informasi saja kepada semua orang. Adalah mindfulness. Dalam forum ekonomi dunia Davos 2014, Richard J. Davidson–seorang neuroscientist yang meneliti mindfulness dari University of Wisconsin-Madison–berbicara kepada para pemimpin negara dan para CEO terkemuka di dunia tentang hasil penelitian ilmiah yang dilakukannya, yang telah mengungkap peranan besar mindfulness bagi kesehatan dan kebahagiaan. Penelitian Davidson dan para ahli lainnya telah memberikan harapan besar bahwa kesehatan dan kebahagiaan bukan merupakan tujuan abstrak, melainkan suatu hal yang konkret yang dapat diraih melalui latihan dan ketekunan. (Huffington Post, 23 Januari 2014). Dari suatu teknik klasik dunia Timur (khususnya Buddhisme) yang dulu begitu asing bagi telinga manusia modern, mindfulness sekarang telah diteliti dan dikaji secara ilmiah di berbagai pusat sains paling bergengsi di dunia.
Dalam tradisi Buddhisme (asal mula “aplikasi” mindfulness), mindfulness adalah salah satu teknik yang sangat penting yang perlu dilatih dan dikembangkan seumur hidup oleh semua penganut Buddha. Tujuan akhirnya tidak kurang daripada pembebasan, yaitu pembebasan dari dukkha (penderitaan) di dunia ini, dan mencapai nirvana (kondisi bebas dan penuh sukacita sejati). Latihan mindfulness bertujuan supaya orang yang melakukan terhindar dari kekalutan pikiran yang akan membuahkan derita dan sekaligus melatih pikiran untuk menyadari senantiasa beberapa ciri keberadaan, supaya ia memperoleh pencerahan, mengenal hakikat sejati realitas dan terbebaskan. Sementara mindfulness yang dikembangkan oleh Jon Kabat-Zinn (Kabat-Zinn, J. & Hanh, T.N., 2009), Shauna Shapiro (Bishop, S.R., Lau, M., Shapiro, S., Carlson, L., Anderson, N. D., Carmody, J. & Devins, G., 2004) adalah versi sekulernya, artinya sudah dilepaskan dari sisi doktrin agama dan kepercayaan, supaya mindfulness  dapat dipelajari dan dilatih oleh siapa saja, tidak harus orang yang beragama Buddha; juga dengan demikian dapat diteliti menggunakan metode ilmiah. Mungkin kita dapat mencari tahu tentang ini dari berbagai sumber lain, saya hanya memberikan sedikit gambaran saja.
Pada akhirnya, yang perlu diperhatikan pula bahwa pertama-tama kita harus dapat mengenali diri kita sendiri lebih jauh dan apa cita-cita kita. Mencoba berteman dengan diri sendiri dan menerima apa yang ada di dalam diri kita sering kali kita abaikan. Sehingga untuk menyerap berbagai kenyaatan yang kita alami kadang-kadang membuat kita cemas dan merasa takut. Karena kita belum mengenal diri kita, termasuk apa kelebihan dan apa kekurangan yang ada dalam diri kita. Padahal, tanpa kita sadari dengan menerima diri sendiri dan berteman dengan diri sendiri merupakan suatu kebahagiaan yang kadang kita tidak menyadarinya.

Sumber :
4.  Iman Setiadi Arif, 2016. Psikologi Positif Pendekatan Santiik Menuju Kebahagiaan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
5.    L. Hubbard, 2009. Analisis Diri. California : Bridge Publications, Ing.








Hari Buruh

MAYDAY MAYDAY MAYDAY Tidak ada pekerjaan mengeluh. Ada pengerjaan pun juga mengeluh. Lah kenapa mesti mengeluh, bukannya bagus ya ji...