Tuesday, July 30, 2019

Puisi


Rindu Ayah
Oleh: Kiven.er


Pagi-pagi buta, engkau membuka mata.
Terbangun dari tidur lelap, yang hanya sekejap.
Semangat yang tak mudah padam, bagai petugas pemadam.
Beranjak dari singgasana,
Menuju pintu selamat datang, yang melewati jalan-jalan panjang.
Sungguh hari-hari yang melelahkan, namun tak satu pun keluhan.
Seketika ku menghadap ke awan-awan, dalam hati terbayang-bayang.
Ku ingat sebuah genggaman, yang membuatku merasa tenang.
Pria stengah baya, yaitu engkau sang Ayah.
Ku susun sebuah angan, akan kah Engkau pulang ?

Puisi


Antara Rindu dan Benci
Oleh: Kiven.er

Ketika senja menyapu sore, bisu menjelma.
Seberkas duka yang masih membekas, melukai sukma.
Apa kabar dari Singgasana,
Hari-hari ku tanpamu bagai di karantina.
Aku sibuk menerka-nerka, melewati ambang logika,
Sedang apa kau di sana ? Di dunia fatamorgana.
Tidak kah kau sadar, kepergianmu benar-benar membuatku marah bercampur sedih.
Mana janji yang kau utarakan dulu ? Untuk menemaniku sehidup semati ?
Tak ada yang sepatutnya disalahkan ini takdir Tuhan.
Namun, bolehkah aku menitip Rindu ku ini padamu ?
Akankah perasaanmu masih sama seperti yang dulu ?
Saat kau masih ada di dunia ini ?
Ataukah saat ini kau sedang tersenyum melihatku bersedih di dunia ini ?
Karena fokus mencintai ciptaan-Nya ? sementara Penciptanya terabaikan ?
Maafkan aku, seposesif ini, pasalnya kau pergi sangat mendadak.
Aku masih ingin kau di sini, merangkai bahagia bersamamu.
Karenanya aku rindu, masa lalu menjadi candu.
Di sini kupeluk puing-puing yang tersisa,
Tanpamu ku hancur.

Hari ini satu tahun yang lalu

Duka Suka Cita

Tadinya, saya merasa bahwa Tuhan itu tidak adil. Kenapa? Karena tepat Juli satu tahun lalu yang masih dalam suasana gembira bersama keluarga pasca merayakan hari ulang tahun ku dan ulang tahun saudara ku, Tuhan memanggil bapak dari tengah-tengah keluarga untuk kembali menghadap kehadirat-Nya. Bahkan bapak waktu itu telah  merencanakan akan memberikan sebuah kado untuk saya dan saudara saya. Tentunya, saya merasa sangat terpukul dengan peristiwa ini. Semuanya menjadi gelap. Kegembiraan yang baru saja saya alami usai pertambahan usia tidak betahan lama setelah mengetahui bahwa bapak telah tiada dan pergi meninggalkan kami untuk selamanya. Inikah kado yang Tuhan berikan kepada saya? Kenapa Ia tega mengambil bapak dari tengah-tengah kami? Kesedihan saya bertambah saat melihat ibu juga adik bungsu saya yang tak kuasa  menahan tangis kala itu. Bapak pergi begitu cepat. Bapak pergi meninggalkan kami semua yang sangat mencintainya. 
Saya merasa bahwa sudah tidak ada harapan lagi dalam hidup saya. Sejak kecil memang saya sangat dekat dengan bapak. Bapak banyak mengajarkan saya banyak hal, lewat bapak pula saya mendapat banyak pengalaman-pengalaman baru. Bapak adalah tempat curhat saya. Saat ada masalah menimpaku, orang pertama yang saya cari adalah bapak dan bapak selalu membantu saya. Selain ibu, bagi saya bapak juga adalah segalanya. Sempat saya merasa putus asa dan tidak bersemangat lagi untuk melanjutkan kuliah saya, saya ingin berhenti saja. Namun, saya berupaya untuk menenangkan diri berusaha untuk tetap tenang dan mencoba berpikir bijaksana serta tidak menampakkan kesedihan saya di hadapan keluarga. 
Hari demi hari sangat berat saya lalui karena saya masih terbayang-bayang akan sosok bapak. Perlahan saya mencoba mendekatkan diri lagi kepada Tuhan. Saya terus berdoa juga beberapa kali saya novena. Saya meminta kepada Tuhan agar Ia menguatkan saya menghadapi semua ini dan mengikhlaskan kepergian bapak. Saya juga berusaha untuk menguatkan ibu dan saudara-saudara saya agar tidak bersedih lagi. Setelah mendekatkan diri lagi dengan Tuhan, saya mulai merasakan kembali kasihNya dalam perjalanan hidup saya sepeninggal bapak hingga saat ini. Saya mencoba untuk bangkit, saya mencoba untuk tegar dan bersikap bijakasana. Saya juga tidak ingin berlarut-larut dalam duka ini. Akhirnya, tepat pada hari ini juga saya bisa menyelesaikan masa studi saya dalam jenjang perkuliahan. Saya bersyukur Tuhan masih memberikan saya kesempatan untuk bangkit. Saya bersyukur karena ibu saya bisa mendampingi saya di hari wisuda saya. 
Meskipun bapak telah tiada, tapi saya percaya bapak bangga dengan apa yang saya capai hari ini. Tuhan membalas dukacita saya setahun yang lalu dengan sukacita hari ini bersama ibu, saudara dan juga keluarga serta teman-teman saya. Dan saya percaya rencana Tuhan indah bagi saya di hari-hari selanjutnya. Tuhan mempunyai alasan tersendiri mengapa Ia mengambil bapak dari tengah-tengah kami. Yang tadinya saya merasa bahwa saya tidak akan tersenyum lagi ternyata itu terbantahkan karena berkat motivasi dari ibu, keluarga dan siapa saja yang peduli terhadap saya, saya bisa bangkit dan dapat mengukir senyum itu lagi di hari yang bersejarah dan bahagia ini. Hari ini bagiku akan selalu saya kenang sebagai hari yang menyedihkan sekaligus menyenangkan bagi saya.

Rabu, 31 Juli 2019
01.21 AM

Hari Buruh

MAYDAY MAYDAY MAYDAY Tidak ada pekerjaan mengeluh. Ada pengerjaan pun juga mengeluh. Lah kenapa mesti mengeluh, bukannya bagus ya ji...